time now

Rabu, 16 Mei 2012

SISTEM IMUN TUBUH


MEKANISME KERJA SISTEM IMUN TUBUH DALAM MEMERANGI KUMAN PENYAKIT 


KOMPONEN SISTEM KEKEBALAN
Sistem kekebalan terdiri dari sel-sel dan zat-zat yang bisa larut. Sel-sel utama dari sistem kekebalan adalah sel-sel darah putih, yaitu makrofag, neutrofil dan limfosit. Zat-zat yang bisa larut adalah molekul-molekul yang tidak terdapat di dalam sel tetapi larut dalam suatu cairan (misalnya plasma). Zat-zat terlarut yang utama adalah antibodi, protein komplemen dan sitokinesis.
Beberapa zat terlarut bertindak sebagai pembawa pesan (messenger) untuk menarik dan mengaktifkan sel-sel lainnya. Molekul kompleks histokompatibiliti mayor merupakan jantung dari sistem kekebalan dan membantu mengenali benda asing.
Makrofag

Makrofag adalah sel darah putih yang berukuran besar, yang mencerna mikroba, antigen dan zat-zat lainnya. Antigen adalah setiap zat yang bisa merangsang suatu respon kekebalan; antigen bisa merupakan bakteri, virus, protein, karbohidrat, sel-sel kanker dan racun. Sitoplasma makrofag mengandung granula yang terdiri dari beberapa bahan kimia dan enzim yang terbungkus dalam suatu selaput. Enzim dan bahan kimia ini memungkinkan makrofag mencerna dan menghancurkan mikroba yang tertelan olehnya.
Makrofag tidak ditemukan di dalam darah, tetapi terdapat di tempat-tempat strategis, dimana organ tubuh berhubungan dengan aliran darah atau dunia luar. Misalnya makrofag ditemukan di daerah dimana paru-paru menerima udara dari luar dan sel-sel hati berhubungan dengan pembuluh darah.
Neutrofil

Neutrofil adalah sel darah putih yang berukuran besar, yang mencerna mikroba dan antigen lainnya. Neutrofil memiliki granula yang mengandung enzim untuk menghancurkan antigen yang ditelan olehnya. Neutrofil ditemukan di dalam darah; untuk keluar dari darah dan masuk ke dalam jaringan, neutrofil memerlukan rangsangan khusus.
Makrofag dan neutrofil seringkali bekerja sama; makrofag memulai suatu respon kekebalan dan mengirimkan sinyal untuk menarik neutrofil bergabung dengannya di daerah yang mengalami gangguan. Jika neutrofil telah tiba, mereka menghancurkan benda asing dengan cara mencernanya. Penimbunan neutrofil serta pemusnahan dan pencernaan mikroba menyebabkan pembentukan nanah.
Limfosit
 Limfosit merupakan sel utama pada sistem getah bening, memiliki ukuran yang relatif lebih kecil daripada makrofag dan neutrofil. Neutrofil memiliki umur tidak lebih dari 7-10 hari, tetapi limfosit bisa hidup selama bertahun-tahun bahkan sampai berpuluh-puluh tahun.
Limfosit dibagi ke dalam 3 kelompok utama:
1.     Limfosit B berasal dari sel stem di dalam sumsum tulang dan tumbuh menjadi sel plasma, yang menghasilkan antibodi
2.     Limfosit T terbentuk jika sel stem dari sumsum tulang pindah ke kelenjar thymus, dimana mereka mengalami pembelahan dan pematangan.
Di dalam kelenjar thymus, limfosit T belajar membedakan mana benda asing dan mana bukan benda asing. Limfosit T dewasa meninggalkan kelenjar thymus dan masuk ke dalam pembuluh getah bening dan berfungsi sebagai bagian dari sistem pengawasan kekebalan.
3.     Sel-sel pemusnah alami, memiliki ukuran yang agak lebih besar daripada limfosit T dan B, dinamai sel pemusnah karena sel-sel ini membunuh mikroba dan sel-sel kanker tertentu.
Istilah alami digunakan karena mereka siap membunuh sejumlah sel target segera setelah mereka terbentuk, tidak perlu melewati pematangan dan proses belajar seperti pada limfosit T dan limfosit B.
Sel pembunuh alami juga menghasilkan beberapa sitokinesis (zat-zat pembawa pesan yang mengatur sebagian fungsi limfosit T, limfosit B dan makrofag).

MEKANISME KERJA SISTEM IMUN 
Sistem imun kita terdiri dari rangkaian sel, protein, jaringan otot, dan organ-organ tertentu. Sel yang terlibat dalam sistem imun manusia adalah lekosit (sel darah putih) yang diproduksi dan disimpan di berbagai lokasi di tubuh, seperti thymus, limpa, dan sumsum tulang. Dari lokasi-lokasi tersebut, lekosit menyebar ke seluruh organ tubuh melalui pembuluh limpatik dan pembuluh darah. Dengan demikian, sistem kekebalan tubuh dapat bekerja secara terkoordinasi dalam mengawasi pertahanan tubuh kita.
Ada dua jenis lekosit, yakni fagosit dan limposit. Fagosit adalah sel-sel yang menghancurkan organisme pengganggu, sementara limposit adalah sel-sel yang mengingat dan mengenali para pengganggu sebelumnya dan kemudian membantu tubuh untuk menghancurkan mereka.
Rangkaian sel, protein, jaringan otot, dan organ-organ tertentu itu adalah bagian dari sistem imun yang melindungi manusia dalam serangkaian proses yang dinamai respon imun. Karena ada respon imun, maka sistem imun kita dapat menyerang para pengganggu penyebab berbagai penyakit tersebut.Sistem respon itu dimulai ketika suatu antigen (substansi asing yang menyerang tubuh) memasuki tubuh. Tubuh kemudian mengenali dan merespon antigen tersebut dengan cara memicu produksi antibodi (protein khusus yang diarahkan untuk antigen tertentu juga).Bila sudah diproduksi, antibodi itu akan bertahan di dalam tubuh dan bersiaga untuk menghalau antigen yang telah dikenali sebelumnya. Makanya, bila seseorang sudah pernah terkena suatu penyakit tertentu, misalnya cacar air, biasanya ia tidak akan terkena penyakit yang sama untuk kedua kalinya.Konsep itulah yang mendasari cara kerja imunisasi. Vaksin imunisasi memperkenalkan tubuh terhadap antigen tertentu. Antigen itu diformulasikan sedemikian rupa untuk tidak membuat tubuh sakit, melainkan memicu tubuh untuk memproduksi antibodi yang akan melindungi tubuh dari serangan antigen tersebut. Dengan demikian, antibodi itu diharapkan akan melindungi tubuh dari serangan antigen sejenis di masa depan. Walau antibodi mampu mengenali antigen dan menempatkannya sebagai sasaran, antibodi tidak dapat menghancurkannya tanpa bantuan. Di sinilah sel-T menunjukkan kemampuannya sehingga lumrah bila sel-T dikenal dengan nama "sel pembunuh". Selain mengenali dan menargetkan antigen, antibodi juga dapat menetralkan racun yang diproduksi oleh berbagai organisme. Pun, antibodi punya wewenang untuk mengaktivasi "komplemen", satu kelompok protein yang merupakan bagian dari sistem imun dan berfungsi membantu membunuh bakteri, virus, atau sel yang terinfeksi.
Semua bagian sistem imun itu bekerja melindungi tubuh kita dari berbagai penyakit. Perlindungan itu dinamai imunitas. Namun, imunitas setiap orang berbeda. Ada yang terlihat selalu sehat, ada yang mudah sakit. Seiring pertambahan usia, antibodi kita pun mengenal semakin banyak antigen. Itulah sebabnya orang dewasa cenderung lebih jarang sakit dibandingkan anak-anak.
Perbedaan itu bisa terletak pada salah satu dari tiga jenis imunitas yang pada dasarnya dimiliki oleh setiap orang.
Pertama, imunitas natural ada di dalam tubuh kita sejak kita lahir. Imunitas ini membuat tubuh kita terlindung dari kuman-kuman yang dapat menyerang makhluk lain. Makanya, virus yang menyebabkan leukemia pada kucing tidak berpengaruh apa pun pada manusia. Demikian juga sebaliknya.
Virus flu burung dan flu babi yang menyerang manusia adalah varian virus yang sudah bermutasi sehingga dapat menembus imunitas kita. Memang ditulari oleh hewan, namun masuk ke dalam tubuh manusia dalam bentuk mutan baru.

Jenis kedua, yakni imunitas adaptif, adalah imunitas yang berkembang seumur hidup kita karena tubuh kita terkena serangan penyakit atau mendapat vaksinasi.
Imunitas pasif adalah jenis yang ketiga. Dinamai pasif karena "dipinjam" dari sumber lain dan bertahan untuk waktu singkat. Misalnya ASI. Melalui ASI, seorang Ibu memberikan antibodinya kepada si bayi sehingga memberikan imunitas sementara terhadap antigen-antigen yang telah dikenali oleh antibodi tersebut saat masih berada di dalam tubuh sang ibu. Antibodi itu akan melindungi si bayi di masa-masa awal pertumbuhannya.
Namun, seperti payung yang terkadang tak dapat melindungi seluruh tubuh kita dari terpaan hujan, imunitas pun tak selalu berhasil menjalankan tugasnya. Inilah penyebab mengapa kita menjadi sakit atau terinfeksi.
Biasanya hal tersebut disebabkan oleh berbagai masalah. Ada empat kategori penyebab masalah pada sistem imun manusia, yakni gangguan immunodefisiensi, autoimun, alergi, atau kanker pada bagian tertentu di sistem imun.

UPAYA PEMERINTAH MELAKSANAKAN VAKSINASI BAGI WARGA NEGARA AGAR TERHINDAR DARI PENYAKIT
 Upaya pencegahan penyakit melalui imunisasi telah diakui keberhasilannya. Hal tersebut ditunjukkan dengan semakin tingginya animo masyarakat untuk memberikan anak-anaknya imunisasi dasar. Terlebih lagi, pemerintah juga mempunyai program tahunan, yakni Pekan Imunisasi Nasional (PIN), dengan tujuan untuk menggalakkan sekaligus mensosialisasikan pentingnya imunisasi serta manfaat yang bisa dirasakan. Manfaat imunisasi dapat dirasakan dalam tiga kategori, yaitu secara individu, sosial, dan untuk menunjang sistem kesehatan nasional. Singkatnya, apabila seorang anak telah mendapatkan imunisasi maka ia akan bisa terhindar dari penyakit infeksi yang ganas. Makin banyak anak yang mendapat imunisasi, maka akan terjadi penurunan pada angka kesakitan dan kematian. Kekebalan individu ini akan mengakibatkan pemutusan rantai penularan penyakit dari anak ke anak lain atau kepada orang dewasa yang hidup bersamanya. Inilah yang disebut keuntungan sosial, karena dalam hal ini anak yang tidak diimunisasi akan juga terlindung (kekebalan komunitas). Menjaga kekebalan juga bisa dilakukan dengan cara memberikan asupan makanan bayi yang sehat dengan mengandung zat gizi yang seimbang. Kekebalan seperti ini disebut sebagai kekebalan pasif, karena diperoleh dari luar tubuh bayi.
Di Indonesia sendiri pemerintah Indonesia menggerakan program IMUNISASI sejak dini atau balita sehingga warga negaranya terbebas dari penyakit. di Indonesia terdapat banyak institusi yang mengawasi program imunisasi, antara lain Badan POM (pengawasan obat dan makanan), Litbangkes, Subdit Surveilans dan Epidemiologi Kemkes, Indonesia Technical Advisory Group for Immunization (ITAGI), Komnas / Komda Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, badan penelitian di Fakultas Kedokteran, Fakultas Kesehatan Masyarakat di beberapa universitas di Indonesia dll.

     
Institusi semacam ini yang mengawasi program imunisasi di negara masing-masing. Semua institusi dan badan tersebut menyatakan bahwa imunisasi aman, dan bermanfaat untuk mencegah penularan penyakit berbahaya. Vaksin yang digunakan oleh program imunisasi di Indonesia adalah buatan PT Biofarma Bandung, pabrik vaksin yang telah berpengalaman selama 120 tahun. Proses penelitian dan pembuatannya mendapat pengawasan ketat dari ahli-ahli vaksin WHO.  Vaksin-vaksin tersebut juga dieksport ke   120 negara lain, termasuk 36 negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam.