MEKANISME KERJA SISTEM IMUN TUBUH DALAM
MEMERANGI KUMAN PENYAKIT
KOMPONEN SISTEM KEKEBALAN
Sistem
kekebalan terdiri dari sel-sel dan zat-zat yang bisa larut. Sel-sel utama dari
sistem kekebalan adalah sel-sel darah putih, yaitu makrofag, neutrofil
dan limfosit. Zat-zat yang bisa larut adalah molekul-molekul yang tidak
terdapat di dalam sel tetapi larut dalam suatu cairan (misalnya plasma).
Zat-zat terlarut yang utama adalah antibodi, protein komplemen
dan sitokinesis.
Beberapa
zat terlarut bertindak sebagai pembawa pesan (messenger) untuk menarik
dan mengaktifkan sel-sel lainnya. Molekul kompleks histokompatibiliti mayor
merupakan jantung dari sistem kekebalan dan membantu mengenali benda asing.
Makrofag
Makrofag
adalah sel darah putih yang berukuran besar, yang mencerna mikroba, antigen
dan zat-zat lainnya. Antigen adalah setiap zat yang bisa merangsang suatu
respon kekebalan; antigen bisa merupakan bakteri, virus, protein, karbohidrat,
sel-sel kanker dan racun. Sitoplasma makrofag mengandung granula
yang terdiri dari beberapa bahan kimia dan enzim yang terbungkus dalam
suatu selaput. Enzim dan bahan kimia ini memungkinkan makrofag mencerna dan
menghancurkan mikroba yang tertelan olehnya.
Makrofag
tidak ditemukan di dalam darah, tetapi terdapat di tempat-tempat strategis,
dimana organ tubuh berhubungan dengan aliran darah atau dunia luar. Misalnya
makrofag ditemukan di daerah dimana paru-paru menerima udara dari luar dan
sel-sel hati berhubungan dengan pembuluh darah.
Neutrofil
Neutrofil
adalah sel darah putih yang berukuran besar, yang mencerna mikroba dan antigen
lainnya. Neutrofil memiliki granula yang mengandung enzim untuk menghancurkan
antigen yang ditelan olehnya. Neutrofil ditemukan di dalam darah; untuk keluar
dari darah dan masuk ke dalam jaringan, neutrofil memerlukan rangsangan khusus.
Makrofag
dan neutrofil seringkali bekerja sama; makrofag memulai suatu respon kekebalan
dan mengirimkan sinyal untuk menarik neutrofil bergabung dengannya di daerah
yang mengalami gangguan. Jika neutrofil telah tiba, mereka menghancurkan benda
asing dengan cara mencernanya. Penimbunan neutrofil serta pemusnahan dan
pencernaan mikroba menyebabkan pembentukan nanah.
Limfosit
Limfosit
merupakan sel utama pada sistem getah bening, memiliki ukuran yang relatif
lebih kecil daripada makrofag dan neutrofil. Neutrofil memiliki umur tidak
lebih dari 7-10 hari, tetapi limfosit bisa hidup selama bertahun-tahun bahkan
sampai berpuluh-puluh tahun.
Limfosit
dibagi ke dalam 3 kelompok utama:
1.Limfosit B berasal dari sel stem di dalam sumsum
tulang dan tumbuh menjadi sel plasma, yang menghasilkan antibodi
2.Limfosit T terbentuk jika sel stem dari sumsum tulang
pindah ke kelenjar thymus, dimana mereka mengalami pembelahan dan
pematangan.
Di dalam kelenjar thymus, limfosit T belajar membedakan mana benda asing dan
mana bukan benda asing. Limfosit T dewasa meninggalkan kelenjar thymus dan masuk
ke dalam pembuluh getah bening dan berfungsi sebagai bagian dari sistem
pengawasan kekebalan.
3.Sel-sel pemusnah alami, memiliki ukuran yang agak lebih besar daripada
limfosit T dan B, dinamai sel pemusnah karena sel-sel ini membunuh mikroba dan
sel-sel kanker tertentu.
Istilah alami digunakan karena mereka siap
membunuh sejumlah sel target segera setelah mereka terbentuk, tidak perlu
melewati pematangan dan proses belajar seperti pada limfosit T dan limfosit B.
Sel pembunuh alami juga menghasilkan beberapa sitokinesis (zat-zat pembawa
pesan yang mengatur sebagian fungsi limfosit T, limfosit B dan makrofag).
MEKANISME KERJA SISTEM IMUN
Sistem imun kita terdiri dari
rangkaian sel, protein, jaringan otot, dan organ-organ tertentu. Sel yang
terlibat dalam sistem imun manusia adalah lekosit (sel darah putih) yang
diproduksi dan disimpan di berbagai lokasi di tubuh, seperti thymus,
limpa, dan sumsum tulang. Dari lokasi-lokasi tersebut, lekosit menyebar ke
seluruh organ tubuh melalui pembuluh limpatik dan pembuluh darah. Dengan
demikian, sistem kekebalan tubuh dapat bekerja secara terkoordinasi dalam
mengawasi pertahanan tubuh kita.
Ada dua jenis lekosit, yakni fagosit dan
limposit. Fagosit adalah sel-sel yang menghancurkan organisme pengganggu,
sementara limposit adalah sel-sel yang mengingat dan mengenali para pengganggu
sebelumnya dan kemudian membantu tubuh untuk menghancurkan mereka.
Rangkaian sel, protein, jaringan otot,
dan organ-organ tertentu itu adalah bagian dari sistem imun yang melindungi
manusia dalam serangkaian proses yang dinamai respon imun. Karena ada respon
imun, maka sistem imun kita dapat menyerang para pengganggu penyebab berbagai
penyakit tersebut.Sistem respon itu dimulai ketika suatu antigen (substansi
asing yang menyerang tubuh) memasuki tubuh. Tubuh kemudian mengenali dan
merespon antigen tersebut dengan cara memicu produksi antibodi (protein khusus
yang diarahkan untuk antigen tertentu juga).Bila sudah diproduksi, antibodi itu
akan bertahan di dalam tubuh dan bersiaga untuk menghalau antigen yang telah
dikenali sebelumnya. Makanya, bila seseorang sudah pernah terkena suatu
penyakit tertentu, misalnya cacar air, biasanya ia tidak akan terkena penyakit
yang sama untuk kedua kalinya.Konsep itulah yang mendasari cara kerja
imunisasi. Vaksin imunisasi memperkenalkan tubuh terhadap antigen tertentu.
Antigen itu diformulasikan sedemikian rupa untuk tidak membuat tubuh sakit,
melainkan memicu tubuh untuk memproduksi antibodi yang akan melindungi tubuh
dari serangan antigen tersebut. Dengan demikian, antibodi itu diharapkan akan
melindungi tubuh dari serangan antigen sejenis di masa depan. Walau antibodi
mampu mengenali antigen dan menempatkannya sebagai sasaran, antibodi tidak
dapat menghancurkannya tanpa bantuan. Di sinilah sel-T menunjukkan kemampuannya
sehingga lumrah bila sel-T dikenal dengan nama "sel pembunuh". Selain
mengenali dan menargetkan antigen, antibodi juga dapat menetralkan racun yang
diproduksi oleh berbagai organisme. Pun, antibodi punya wewenang untuk
mengaktivasi "komplemen", satu kelompok protein yang merupakan bagian
dari sistem imun dan berfungsi membantu membunuh bakteri, virus, atau sel yang
terinfeksi.
Semua bagian sistem imun itu bekerja
melindungi tubuh kita dari berbagai penyakit. Perlindungan itu dinamai
imunitas. Namun, imunitas setiap orang berbeda. Ada yang terlihat selalu sehat,
ada yang mudah sakit. Seiring pertambahan usia, antibodi kita pun mengenal
semakin banyak antigen. Itulah sebabnya orang dewasa cenderung lebih jarang
sakit dibandingkan anak-anak.
Perbedaan itu bisa terletak pada salah satu
dari tiga jenis imunitas yang pada dasarnya dimiliki oleh setiap orang. Pertama, imunitas natural ada di dalam tubuh
kita sejak kita lahir. Imunitas ini membuat tubuh kita terlindung dari
kuman-kuman yang dapat menyerang makhluk lain. Makanya, virus yang menyebabkan
leukemia pada kucing tidak berpengaruh apa pun pada manusia. Demikian juga
sebaliknya.
Virus flu burung dan flu babi yang menyerang manusia adalah varian virus yang
sudah bermutasi sehingga dapat menembus imunitas kita. Memang ditulari oleh
hewan, namun masuk ke dalam tubuh manusia dalam bentuk mutan baru. Jenis kedua, yakni imunitas adaptif, adalah
imunitas yang berkembang seumur hidup kita karena tubuh kita terkena serangan
penyakit atau mendapat vaksinasi. Imunitas pasif adalah jenis yang ketiga.
Dinamai pasif karena "dipinjam" dari sumber lain dan bertahan untuk
waktu singkat. Misalnya ASI. Melalui ASI, seorang Ibu memberikan antibodinya
kepada si bayi sehingga memberikan imunitas sementara terhadap antigen-antigen
yang telah dikenali oleh antibodi tersebut saat masih berada di dalam tubuh
sang ibu. Antibodi itu akan melindungi si bayi di masa-masa awal
pertumbuhannya. Namun, seperti payung yang terkadang tak dapat
melindungi seluruh tubuh kita dari terpaan hujan, imunitas pun tak selalu
berhasil menjalankan tugasnya. Inilah penyebab mengapa kita menjadi sakit atau
terinfeksi. Biasanya hal tersebut disebabkan oleh berbagai
masalah. Ada empat kategori penyebab masalah pada sistem imun manusia, yakni
gangguan immunodefisiensi, autoimun, alergi, atau kanker pada bagian tertentu
di sistem imun.
UPAYA
PEMERINTAH MELAKSANAKAN VAKSINASI BAGI WARGA NEGARA AGAR TERHINDAR DARI
PENYAKIT
Upaya
pencegahan penyakit melalui imunisasi telah diakui keberhasilannya. Hal
tersebut ditunjukkan dengan semakin tingginya animo masyarakat untuk memberikan
anak-anaknya imunisasi dasar. Terlebih lagi, pemerintah juga mempunyai program
tahunan, yakni Pekan Imunisasi Nasional (PIN), dengan tujuan untuk
menggalakkan sekaligus mensosialisasikan pentingnya imunisasi serta manfaat
yang bisa dirasakan. Manfaat imunisasi dapat dirasakan dalam tiga kategori,
yaitu secara individu, sosial, dan untuk menunjang sistem kesehatan nasional.
Singkatnya, apabila seorang anak telah mendapatkan imunisasi maka ia akan bisa
terhindar dari penyakit infeksi yang ganas. Makin banyak anak yang mendapat
imunisasi, maka akan terjadi penurunan pada angka kesakitan dan kematian.
Kekebalan individu ini akan mengakibatkan pemutusan rantai penularan penyakit
dari anak ke anak lain atau kepada orang dewasa yang hidup bersamanya. Inilah
yang disebut keuntungan sosial, karena dalam hal ini anak yang tidak
diimunisasi akan juga terlindung (kekebalan komunitas). Menjaga kekebalan juga
bisa dilakukan dengan cara memberikan asupan makanan bayi
yang sehat dengan mengandung zat gizi yang seimbang. Kekebalan seperti ini
disebut sebagai kekebalan pasif, karena diperoleh dari luar tubuh bayi.
Di Indonesia sendiri pemerintah Indonesia
menggerakan program IMUNISASI sejak dini atau balita sehingga warga negaranya
terbebas dari penyakit. di Indonesia terdapat banyak institusi yang mengawasi
program imunisasi, antara lain Badan POM (pengawasan obat dan makanan),
Litbangkes, Subdit Surveilans dan Epidemiologi Kemkes, Indonesia Technical
Advisory Group for Immunization (ITAGI), Komnas / Komda Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI), Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, badan
penelitian di Fakultas Kedokteran, Fakultas Kesehatan Masyarakat di beberapa
universitas di Indonesia dll.
Institusi
semacam ini yang mengawasi program imunisasi di negara masing-masing. Semua
institusi dan badan tersebut menyatakan bahwa imunisasi aman, dan bermanfaat
untuk mencegah penularan penyakit berbahaya. Vaksin yang digunakan oleh program
imunisasi di Indonesia adalah buatan PT Biofarma Bandung, pabrik vaksin yang
telah berpengalaman selama 120 tahun. Proses penelitian dan pembuatannya
mendapat pengawasan ketat dari ahli-ahli vaksin WHO. Vaksin-vaksin
tersebut juga dieksport ke 120 negara lain, termasuk 36 negara
dengan penduduk mayoritas beragama Islam.
Di dalam ginjal terjadi rangkaian proses filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi.
1. Penyaringan (filtrasi)
Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga mempermudah proses penyaringan. Beberapa faktor yang mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.
Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Pada filtrat glomerulus masih dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garamgaram lainnya.
2. Penyerapan kembali (Reabsorbsi)
Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal.
Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali.
Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah.
Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam mino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osn osis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.
3. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warm dan bau pada urin.
Hal-hal yang Mempengaruhi Produksi Urin
Hormon anti diuretik (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior akan mempengaruhi penyerapan air pada bagian tubulus distal karena meningkatkan permeabilitias sel terhadap air. Jika hormon ADH rendah maka penyerapan air berkurang sehingga urin menjadi banyak dan encer. Sebaliknya, jika hormon ADH banyak, penyerapan air banyak sehingga urin sedikit dan pekat. Kehilangan kemampuan mensekresi ADH menyebabkan penyakit diabetes insipidus. Penderitanya akan menghasilkan urin yang sangat encer.
Selain ADH, banyak sedikitnya urin dipengaruhi pula oleh faktor-faktor berikut :
a. Jumlah air yang diminum
Akibat banyaknya air yang diminum, akan menurunkan konsentrasi protein yang dapat menyebabkan tekanan koloid protein menurun sehingga tekanan filtrasi kurang efektif. Hasilnya, urin yang diproduksi banyak.
b. Saraf
Rangsangan pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus aferen sehingga aliran darah ke glomerulus berkurang. Akibatnya, filtrasi kurang efektif karena tekanan darah menurun.
c. Banyak sedikitnya hormon insulin
Apabila hormon insulin kurang (penderita diabetes melitus), kadar gula dalam darah akan dikeluarkan lewat tubulus distal. Kelebihan kadar gula dalam tubulus distal mengganggu proses penyerapan air, sehingga orang akan sering mengeluarkan urin.
OSMOREGULASI
Sistem Osmoregulasi ialah sistem pengaturan keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh (air dan darah) dengan tekanan osmotik habitat (perairan). Pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak bagi kehidupan ikan, sehingga proses- proses fisiologis tubuhnya berfungsi normal. Tekanan osmotik (Ï€) adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses osmosis).
Osmoregulasi dilakukan dengan berbagai cara melalui:
ginjal
kulit
membran mulut
Osmoregulasi pada ikan air tawar
Ikan air tawar cenderung untuk menyerap air dari lingkungannya dengan cara osmosis. Insang ikan air tawar secara aktif memasukkan garam dari lingkungan ke dalam tubuh. Ginjal akan memompa keluar kelebihan air sebagai air seni. Ginjal mempunyai glomeruli dalam jumlah banyak dengan diameter besar. Ini dimaksudkan untuk lebih dapat menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa air seni sebanyak-banyaknya. Ketika cairan dari badan malpighi memasuki tubuli ginjal, glukosa akan diserap kembali pada tubuli proximallis dan garam-garam diserap kembali pada tubuli distal. Dinding tubuli ginjal bersifat impermiable (kedap air, tidak dapat ditembus) terhadap air.
Osmoregulasi pada ikan air Laut
Urine yang dihasilkan mengandung konsentrasi air yang tinggi. Ikan air laut memiliki konsentrasi garam yang tinggi di dalam darahnya. Ikan air laut cenderung untuk kehilangan air di dalam sel-sel tubuhnya karena proses osmosis. Untuk itu, insang ikan air laut aktif mengeluarkan garam dari tubuhnya. Untuk mengatasi kehilangan air, ikan ‘minum’air laut sebanyak-banyaknya. Dengan demikian berarti pula kandungan garam akan meningkat dalam cairan tubuh. Padahal dehidrasi dicegah dengan proses ini dan kelebihan garam harus dihilangkan. Karena ikan laut dipaksa oleh kondisi osmotik untuk mempertahankan air, volume air seni lebih sedikit dibandingkan dengan ikan air tawar. Tubuli ginjal mampu berfungsi sebagai penahan air. Jumlah glomeruli ikan laut cenderung lebih sedikit dan bentuknya lebih kecil daripada ikan air tawar.
Sistem pencernaan makanan pada manusia terdiri dari beberapa organ, berturut-turut dimulai dari 1. Rongga Mulut, 2. Esofagus 3. Lambung 4. Usus Halus 5. Usus Besar 6. Rektum dan Anus.
1.Rongga Mulut
Mulut merupakan saluran pertama yang dilalui makanan. Pada rongga mulut, dilengkapi alat pencernaan dan kelenjar pencernaan untuk membantu pencernaan makanan. Pada Mulut terdapat :
a.Gigi
Gigi memiliki fungsi memotong, mengoyak dan menggiling makanan menjadi partikel yang kecil-kecil.Struktur gigi pada manusia dapat dibedakan atas gigi sulung (gigi susu) dan gigi tetap. Gigi yang pertama kali tumbuh sejak anak berusia enam bulan disebut gigi susu. Gigi susu berangsur-angsur akan berubah menjadi gigi sulung. Gigi sulung bersifat tetap (tanggal) dan berjumlah 20 buah. Mulai umur enam sampai empat belas tahun secara berangsur - angsur gigi sulung akan digantikan oleh gigi tetap (gigi permanen). Jumlah gigi tetap 32 buah, karena ada penambahan pada gigi geraham kecil (premolar). Berdasarkan strukturnya, jenis gigi pada manusia dibedakan menjadi empat jenis, yaitu: 1) Gigi seri (incisor),terletak berderet lurus di bagian depan berbentuk pipih dan tajam untuk mengiris dan memotong makanan, 2) gigi taring (canius),ujungrrya berbentuk runcing untuk mecabik dan menyobek makanan, 3) Geraham depan (premolar),b entuknya berlekuk-lekuk untuk mengiris dan menghabiskan makanan, 4) Geraham belakang (molar),bentuknya berlekuk - lekuk untuk menghaluskan makanan dan terletak pada bagian belakang. Gigi manusia melekat pada rahang atas dan rahang bawah yang terlindung oleh gusi. Struktur gigi manusia terdiri atas bagian:
1) email,merupakan bagian terluar dari gigi, berupa lapisan yang paling keras dan berwarna putih, 2) Dentin atau tulang gigi,tersusun oleh zat kapur dan posfor, lapisan email dan dentin disebut mahkota gigi, 3) Sumsum gigi (pulpa)terdapat dibagian dalam tulang gigi, pada sumsum gigi terdapat banyak pembuluh darah dan syaraf. 4) lapisan semen (sementum)melapisi dentin yang masuk dan tertanam ke dalam rahang, pulpa dan sementum membentuk akar gigi.
Keterangan:
I : Insisivus (gigi seri)
C : Caninus (gigi taring)
P : Premolare (gigi geraham depan)
M : Molare (gigi geraham belakang)
b..Lidah
Memiliki peran mengatur letak makanan di dalam mulut serta mengecap rasa makanan. Selain gigi, di dalam rongga mulut manusia juga terdapat lidah. Selain sebagai alat pengecap,
lidah di dalam pencernaan makanan berfungsi untuk: 1) mencampurkan makanan 2) mendorong makanan dalam proses menelan, dan 3) membersihkan mulut dari sisa makanan Lidah membentuk lantai pada rongga mulut. Di bagian belakang, otot-otot lidah melekat pada tulang hyoid (tulang pangkal lidah yang berbentuk seperti huruf V). permukaan lidah penuh dengan tonjolan (papilla) yang mengandung puting-puting pengecap, sehingga lidah dapat merasakan makanan seperti asam, manis, pahit, dan asin.
c.Kelenjar Ludah
Ada 3 kelenjar ludah pada rongga mulut.
Kelenlar-kelenjar tersebut adalah: 1) kelenjar parotis, yang terletak di dekat telinga, 2) kelenjar submaksilaris yang terletak di bawah rahang atas, 3) kelenjar submandibularis yang terletak di bawah lidah Di dalam cairan ludah mengandung air sebanyak 90%, dan sisanya terdiri atas garam-garam bikarbonat, lendir (mukus), lizozim (enzim penghancur bakteri), dan amilase (ptialin). Ketiga kelenjar ludah setiap harinya dapat menghasilkan lebih kurang 1600 cc air ludah. Pengeluaran air ludah akan bertambah jika ada rangsangan dari luar, seperti mencium aroma makanan, melihat atau membayangkan suatu makanan yang lezat atau karena lapar.
Cairan ludah berfungsi untuk: 1) memudahkan dalam menelan makanan karena makanan tercampur dengan lendir dan air 2) melindungi rongga mulut dari kekeringan, panas, asam dan basa 3) membantu pencernaan kimiawi, karena kelenjar ludah menghasilkan enzim ptialin (amilase) yang berperan dalam pencernaan amilum menjadi maltosa dan glukosa, enzim ini berfungsi dengan baik pada pH netral (pH 7)
2.Esofagus (Kerongkongan)
Merupakan saluran yang menghubungkan antara rongga mulut dengan lambung. Pada ujung saluran esophagus setelah mulut terdapat daerah yang disebut faring. Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur makanan agar tidak masuk ke trakea (tenggorokan). Fungsi esophagus adalah menyalurkan makanan ke lambung. Agar makanan dapat berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat berjalan menuju lambung
3Lambung
Lambung adalah kelanjutan dari esophagus, berbentuk seperti kantung. Lambung dapat menampung makanan 1 liter hingga mencapai 2 liter. Dinding lambung disusun oleh otot-otot polos yang berfungsi menggerus makanan secara mekanik melalui kontraksi otot-otot tersebut. Ada 3 jenis otot polos yang menyusun lambung, yaitu otot memanjang, otot melingkar, dan otot menyerong. Selain pencernaan mekanik, pada lambung terjadi pencernaan kimiawi dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan lambung. Senyawa kimiawi yang dihasilkan lambung adalah :
Asam HCl ,Mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Sebagai disinfektan, serta merangsang pengeluaran hormon sekretin dan kolesistokinin pada usus halus
Lipase , Memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Namun lipase yang dihasilkan sangat sedikit
Renin , Mengendapkan protein pada susu (kasein) dari air susu (ASI). Hanya dimiliki oleh bayi.
Mukus , Melindungi dinding lambung dari kerusakan akibat asam HCl.
Hasil penggerusan makanan di lambung secara mekanik dan kimiawi akan menjadikan makanan menjadi bubur yang disebut bubur kim.
Fungsi HCI Lambung : 1. Merangsang keluamya sekretin 2. Mengaktifkan Pepsinogen menjadi Pepsin untuk memecah protein. 3. Desinfektan 4. Merangsang keluarnya hormon Kolesistokinin yang berfungsi merangsang empdu mengeluarkan getahnya.
4. Usus Halus
Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung. Usus halus memiliki panjang sekitar 6-8 meter. Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum (± 25 cm), jejunum (± 2,5 m), serta ileum (± 3,6 m). Pada usus halus hanya terjadi pencernaan secara kimiawi saja, dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan oleh usus halus serta senyawa kimia dari kelenjar pankreas yang dilepaskan ke usus halus. Senyawa yang dihasilkan oleh usus halus adalah :
Disakaridase Menguraikan disakarida menjadi monosakarida
Erepsinogen Erepsin yang belum aktif yang akan diubah menjadi erepsin. Erepsin mengubah pepton menjadi asam amino.
Hormon Sekretin Merangsang kelenjar pancreas mengeluarkan senyawa kimia yang dihasilkan ke usus halus
Hormon CCK (Kolesistokinin) Merangsang hati untuk mengeluarkan cairan empedu ke dalam usus halus.
Selain itu, senyawa kimia yang dihasilkan kelenjar pankreas adalah :
Bikarbonat Menetralkan suasana asam dari makanan yang berasal dari lambung
Enterokinase Mengaktifkan erepsinogen menjadi erepsin serta mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin. Tripsin mengubah pepton menjadi asam amino.
Amilase Mengubah amilum menjadi disakarida
Lipase Mencerna lemak menjadi asam lemak dan gliserol
Tripsinogen Tripsin yang belum aktif.
Kimotripsin Mengubah peptone menjadi asam amino
Nuklease Menguraikan nukleotida menjadi nukleosida dan gugus pospat
Hormon Insulin Menurunkan kadar gula dalam darah sampai menjadi kadar normal
Hormon Glukagon Menaikkan kadar gula darah sampai menjadi kadar normal
PROSES PENCERNAAN MAKANAN Pencernaan makanan secara kimiawi pada usus halus terjadi pada suasana basa. Prosesnya sebagai berikut : a. Makanan yang berasal dari lambung dan bersuasana asam akan dinetralkan oleh bikarbonat dari pancreas.
b. Makanan yang kini berada di usus halus kemudian dicerna sesuai kandungan zatnya. Makanan dari kelompok karbohidrat akan dicerna oleh amylase pancreas menjadi disakarida. Disakarida kemudian diuraikan oleh disakaridase menjadi monosakarida, yaitu glukosa. Glukaosa hasil pencernaan kemudian diserap usus halus, dan diedarkan ke seluruh tubuh oleh peredaran darah.
c. Makanan dari kelompok protein setelah dilambung dicerna menjadi pepton, maka pepton akan diuraikan oleh enzim tripsin, kimotripsin, dan erepsin menjadi asam amino. Asam amino kemudian diserap usus dan diedarkan ke seluruh tubuh oleh peredaran darah.
d. Makanan dari kelompok lemak, pertama-tama akan dilarutkan (diemulsifikasi) oleh cairan empedu yang dihasilkan hati menjadi butiran-butiran lemak (droplet lemak). Droplet lemak kemudian diuraikan oleh enzim lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak dan gliserol kemudian diserap usus dan diedarkan menuju jantung oleh pembuluh limfe.
5.Usus Besar
Merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus. Memiliki panjang 1,5 meter, dan berbentuk seperti huruf U terbalik. Usus besar dibagi menjadi 3 daerah, yaitu : Kolon asenden, Kolon Transversum, dan Kolon desenden. Fungsi kolon adalah : a. Menyerap air selama proses pencernaan.
b. Tempat dihasilkannya vitamin K, dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil simbiosis dengan bakteri usus, misalnya E.coli.
c. Membentuk massa feses
d. Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh. Pengeluaran feses dari tubuh defekasi.
6.Rektum dan Anus
Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses sudah siap dibuang maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot spinkter yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik.